Breaking News

Pohon Jarak Pagar: Potensi dan Bahaya Tersembunyi

Pohon Jarak Pagar: Potensi dan Bahaya Tersembunyi
Sambangdesa.com - Jarak pagar (Jatropha curcas), sebuah tanaman yang telah dikenal masyarakat Indonesia, menyimpan potensi energi terbarukan yang signifikan, namun juga memiliki risiko kesehatan yang tidak boleh diabaikan.

Apa Itu Jarak Pagar?

Jarak pagar adalah tanaman yang berasal dari daerah tropis dan subtropis. Buahnya, yang berukuran sebesar bola pingpong, berwarna hijau saat muda dan menguning ketika matang, sebelum akhirnya berubah menjadi coklat kehitaman. Meskipun tampak menarik, terutama ketika matang, buah ini mengandung racun yang berbahaya, terutama pada bijinya.

Mengapa Jarak Pagar Berbahaya?

Tanaman ini mengandung toksalbumin yang dikenal sebagai kursin, risin, dan asam sianat, yang berhubungan dengan asam risinoleat. Toksalbumin adalah kelompok protein beracun yang dapat menyebabkan kerusakan kesehatan. Dalam sebuah jurnal, dokter RK Singh mencatat bahwa mengonsumsi satu atau dua biji jarak dapat mengakibatkan diare, dan mengonsumsi hingga 20 biji dapat menyebabkan muntah yang berkepanjangan. Gejala ini dapat muncul dalam waktu singkat setelah konsumsi, dengan efek yang lebih serius termasuk kerusakan ginjal jika dikonsumsi dalam jumlah besar.

Sejarah dan Penggunaan Jarak Pagar

Pada masa penjajahan Jepang, jarak pagar diharuskan untuk ditanam di pekarangan rumah dan lahan terlantar, karena bijinya digunakan untuk melumasi senapan dan mesin. Saat ini, jarak pagar kembali dilirik sebagai sumber energi terbarukan, terutama dalam konteks kebutuhan energi yang ramah lingkungan yang semakin meningkat.

Potensi Energi Terbarukan

Jarak pagar dianggap sebagai salah satu kandidat terbaik untuk sumber energi terbarukan. Tanaman ini dapat tumbuh di lahan tandus, membutuhkan sedikit air, dan memiliki umur produksi hingga 50 tahun. Dengan kandungan minyak yang mencapai 40 persen dari berat biji, jarak pagar menawarkan alternatif untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Menurut penelitian yang dipublikasikan di jurnal Frontiers, biodiesel yang dihasilkan dari jarak pagar tidak menghasilkan polutan berbahaya seperti sulfur, logam, atau hidrokarbon aromatik yang umum terdapat pada bahan bakar fosil.

Pengembangan Varietas Tidak Beracun

Meksiko saat ini aktif mengembangkan varietas jarak pagar yang tidak beracun dan aman untuk dikonsumsi oleh manusia dan hewan. Satu varietas di Veracruz telah dimanfaatkan oleh masyarakat lokal dan menunjukkan potensi untuk dikembangkan lebih lanjut.

Tantangan dan Peluang

Meskipun jarak pagar memiliki banyak keunggulan, tantangan tetap ada dalam hal produktivitas, kontinuitas pasokan, dan ketersediaan varietas unggul. Indonesia menargetkan agar biofuel memenuhi 5 persen dari bauran energi nasional pada tahun 2025, sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional. Diperlukan penerapan bioteknologi dan regulasi yang mendukung untuk mengatasi berbagai kendala yang ada.

Kesimpulan

Dengan potensi yang besar sebagai sumber energi terbarukan, jarak pagar dapat menjadi solusi untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Namun, kesadaran akan risiko kesehatan yang ditimbulkan oleh biji dan buahnya harus tetap menjadi prioritas, terutama dalam pendidikan masyarakat tentang tanaman ini.

Advertisement

Type and hit Enter to search

Close