Pemerintah setempat mengambil langkah proaktif dengan mengalokasikan dana untuk merenovasi infrastruktur dan rumah-rumah di desa. Seperti dilaporkan oleh South China Morning Post, renovasi ini bertujuan untuk meningkatkan kenyamanan wisatawan yang berkunjung.
Sejak awal tahun 2025, desa tersebut telah menerima kunjungan ribuan wisatawan, terutama selama Festival Musim Semi, di mana mencapai 10.000 pengunjung per hari. Namun, antusiasme ini tidak tanpa tantangan. Kakek Liang Wenfeng merasa perlu menutup pintu rumahnya hampir sepanjang hari untuk menghindari gangguan dari keramaian.
Beberapa pengunjung melaporkan keluhan terkait infrastruktur yang kurang memadai. Menanggapi hal ini, pada pertengahan Februari, renovasi desa dimulai dengan memperbaiki 29 dinding luar rumah, menghancurkan bangunan yang tidak layak, memperlebar jalan, serta memasang saluran pembuangan limbah. Selain itu, desa juga dibersihkan dari gulma dan sampah, serta ditanami pohon-pohon baru.
Dengan sekitar 700 kepala keluarga yang tinggal di Desa Mililing, mayoritas anak muda bekerja di pabrik sepatu, sementara generasi tua berprofesi sebagai petani. Meskipun desa ini belum memiliki industri yang berkembang, warga setempat merasa bersyukur atas kesuksesan Liang Wenfeng, yang telah membawa perubahan positif bagi komunitas mereka.
Liang Wenfeng, yang berusia 40 tahun, lahir dari dua orang tua yang merupakan guru sekolah dasar di desa tersebut. Setelah menyelesaikan pendidikan dasar, ia melanjutkan ke SMP terbaik di Wuchuan dan pada tahun 2002, berhasil meraih nilai tertinggi dalam ujian masuk universitas China, gaokao, sebelum melanjutkan studi di Universitas Zhejiang.
Peluncuran produk kecerdasan buatan (AI) perusahaan Liang pada Januari lalu menarik perhatian banyak orang, mendorong mereka untuk mencari tahu lebih banyak tentang latar belakangnya. Banyak yang mengagumi pencapaian Liang, terutama mengingat latar belakangnya yang berasal dari desa kecil ini. tersembunyi di Jawa Timur.
Social Footer