Breaking News

Al-Battani, Cendekiawan Muslim Penemu 1 Tahun 365 Hari

Al-Battani, Cendekiawan Muslim Penemu  1 Tahun 365 Hari
Sambangdesa.com - Jumlah hari dalam satu tahun adalah 365 hari. Angka ini merupakan pembulatan dari waktu yang dibutuhkan Bumi untuk mengorbit Matahari, yaitu 365,242190 hari atau setara dengan 365 hari 5 jam 48 menit 56 detik. Namun, siapa yang pertama kali menemukan teori jumlah hari dalam setahun ini?

Kalender pertama yang kita ketahui menggunakan tahun dengan 365 hari adalah kalender Mesir. Namun, saat ini kita menggunakan kalender yang telah disempurnakan.

Seorang astronom dan matematikawan dari Arab, yang dikenal dengan nama latin Albategnius, Albatenius, atau Albategni, memainkan peran penting dalam menyempurnakan perhitungan ini. Sebagai ilmuwan, ia berhasil menyempurnakan nilai-nilai yang ada untuk panjang tahun dan musim, presisi tahunan ekuinoks, serta inklinasi ekliptika. Selain itu, ia juga menunjukkan bahwa titik terjauh dari Bumi bervariasi dan bahwa gerhana Matahari annular mungkin terjadi.

Selama hidupnya, al-Battani melakukan banyak pengamatan dan menghasilkan karya-karya penting. Ia melakukan pengamatan yang sangat akurat sejak tahun 877 di ar-Raqqah, Suriah. Salah satu kontribusinya yang paling berpengaruh adalah perhitungan panjang tahun yang dituangkan dalam karyanya yang disebut Kitab al-Zij. Dalam kitab ini, al-Battani memperkirakan panjang tahun adalah 365 hari 5 jam 48 menit dan 24 detik, dengan kesalahan sedikit kurang dari tujuh perseratus persen.

Selain itu, al-Battani juga menentukan ulang waktu ekuinoksnya, yang merupakan fenomena ketika Matahari terbit tepat dari timur dan tenggelam di barat. Penentuan ulang ini memungkinkannya untuk membuat estimasi waktu yang lebih baik, yang ia hitung sebagai 365 hari 5 jam 46 menit dan 24 detik, atau 2 menit 22 detik lebih pendek dari perhitungan sebelumnya.

Dilansir dari encyclopedia.com, Kitab al-Zij ini memiliki pengaruh besar pada perkembangan astronomi di Eropa. Pada abad ke-12, kitab tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Robert dari Chester. Versi Latin yang masih ada dicetak pada tahun 1537 oleh Plato di Nuremberg dengan judul "De motu stellarum" yang artinya tentang gerak bintang.

Kalender sipil, yang berasal dari kalender lunar dan fluktuasi pertanian atau musim, melayani pemerintah dan administrasi, sedangkan kalender lunar mengatur urusan keagamaan dan kehidupan sehari-hari. Kalender ini menjadi solusi bagi orang Mesir dalam mengatasi kesulitan ketidakcocokan antara tahun lunar dan solar. Kalender sipil Mesir dibagi menjadi 365 hari, yang terdiri dari tiga musim dengan masing-masing musim terdiri dari empat bulan dan setiap bulan terdiri dari 30 hari.

Namun, kalender lunar mulai kurang relevan karena dikendalikan oleh terbitnya bintang Sirius, sehingga bulan-bulan selalu jatuh pada musim yang sama setiap tahun. Sementara itu, kalender sipil bergerak melalui musim-musim karena tahun sipil memiliki seperempat hari lebih pendek dibandingkan dengan tahun Matahari. Setiap empat tahun, kalender sipil akan tertinggal satu hari dari tahun Matahari. 1.460 tahun kemudian, kalender sipil akan kembali sesuai dengan kalender lunisolar. Periode ini disebut siklus sothic.

Advertisement

Type and hit Enter to search

Close