Sambangdesa.com / Bintan - Iwan Winarto dengan tekun berupaya mengubah Desa Pengudang, yang terletak di Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), menjadi sebuah destinasi wisata yang menawan.
Iwan, atau panggilan akrabnya, dilahirkan di Lampung pada tanggal 22 Desember 1977 dan besar di provinsi paling selatan Pulau Sumatera itu.
Pada tahun 1999, Iwan merantau ke Bintan dan mulai bekerja di sebuah resor berstandar internasional di kawasan wisata Lagoi.
Pada tahun 2003, Iwan menikah dengan Sarinah, seorang wanita asal Desa Pengudang, dan sejak saat itu, ia tinggal di kampung istri.
Keindahan alam pesisir dengan hutan bakau yang rimbun, keramahan mayoritas warga nelayan, air laut yang jernih, terumbu karang yang memukau, sisa-sisa kapal karam, pantai berpasir putih yang memikat, serta pesona taman lamun dan kunang-kunang di malam hari membuat Iwan semakin mencintai Desa Pengudang.
"Saya jatuh cinta dengan kehidupan nelayan, nuansa pesisir, keindahan hutan bakau, dan potensi alamnya," ujar Iwan pada Kamis (12/10/2023).
Namun, Iwan juga melihat bahwa masyarakat desa belum sepenuhnya memanfaatkan potensi alamnya selain untuk mencari ikan di laut.
"Ada yang terlewatkan, masyarakat belum sepenuhnya menggali potensi ini untuk pariwisata dan masih mengandalkan sektor perikanan," ungkap Iwan.
Akhirnya, Iwan memutuskan untuk meninggalkan pekerjaannya di Lagoi dan memusatkan perhatiannya pada mengembangkan Desa Pengudang menjadi destinasi wisata. Cinta Iwan pada alam dan desanya mendorongnya untuk melangkah lebih jauh.
Menjadikan Desa Pengudang sebagai destinasi wisata tidak selalu seindah yang terlihat di media sosial.
"Sampai sekarang, perjalanan ini masih penuh tantangan. Pada awal pembangunan, itu adalah proses yang penuh perjuangan, tidak selalu seindah yang terlihat di media sosial, haha," kata Iwan sambil tersenyum.
Iwan mulai membangun Desa Pengudang pada tahun 2009. Namun, proses melibatkan masyarakat pesisir, yang biasanya bekerja sebagai nelayan, untuk terlibat dalam sektor lingkungan dan pariwisata tidaklah singkat. Para nelayan melihat bahwa mereka dapat segera mendapatkan uang dengan menjual ikan setelah pulang dari melaut, sementara sektor pariwisata memerlukan waktu lebih lama untuk memberikan hasil.
Melihat tantangan ini, Iwan dan rekannya kemudian menciptakan sebuah acara yang diberi nama Pengudang Sea Food Festival pada tahun 2009. Namun, lebih dari 90 persen masyarakat menolak dan merasa pesimis. Mereka berpendapat bahwa menyelenggarakan sebuah acara memerlukan dana yang besar.
"Tapi kami bertekad. Kami meminta dukungan masyarakat dan pemuda di lapangan dan mencari dana. Kami mulai mengirim proposal, meskipun beberapa ditolak. Akhirnya, kami berhasil mengumpulkan dana sekitar Rp 20 juta. Dan alhamdulillah, akhirnya acara itu bisa terlaksana," kata Iwan.
Pada acara Pengudang Sea Food Festival, berbagai seni budaya, hidangan laut yang lezat, serta pasar malam diadakan. Panitia festival juga berhasil mengundang Bupati Bintan saat itu, Ansar Ahmad (yang saat ini menjabat sebagai Gubernur Kepri), dan jajaran OPD Pemerintah Kabupaten Bintan.
"Waktu itu, jalan-jalan di desa ini belum sepenuhnya diaspal, berdebu, dan berlumpur, tetapi alhamdulillah, acara itu sukses. Pemerintah daerah pun mengaspal jalan tiga bulan setelah acara berlangsung. Masyarakat akhirnya dapat melihat manfaat dari usaha ini," ungkap Iwan.
Pengudang Sea Food Festival hingga saat ini menjadi salah satu acara rutin di Kabupaten Bintan, dan berhasil mendapatkan dukungan dari dana desa. Iwan terus berjuang untuk mewujudkan impian dan memajukan pariwisata Desa Pengudang.
Dengan pendekatan ekowisata yang diadopsi, Desa Pengudang sekarang memiliki sejumlah destinasi menarik. Para pengunjung dapat menikmati berbagai tur, termasuk tur kampung, eksplorasi mangrove menggunakan kapal, pengalaman melihat kunang-kunang, mencicipi kuliner lokal, produk-produk UMKM, tur rumah sampah, dan kunjungan ke peternakan.
Tidak hanya sebagai pengamat pasif, wisatawan dari dalam dan luar negeri juga dapat berpartisipasi langsung dalam kehidupan masyarakat setempat. Mereka memiliki kesempatan untuk menyelam atau snorkeling, selain menikmati keindahan terumbu karang, dan di dasar laut Bintan, terdapat reruntuhan kapal zaman dulu dengan koleksi barang-barang antik yang menarik.
Saat menjelajahi semua destinasi ini, para pengunjung tidak akan merasa terbebani oleh biaya, sementara masyarakat Desa Pengudang juga mendapatkan pendapatan tambahan sejak desa ini diubah menjadi destinasi wisata.
Pada tahun 2009, Iwan juga memulai program pelatihan bahasa Inggris untuk anak-anak Desa Pengudang. Program ini berkolaborasi dengan Yayasan Peduli Kepulauan Indonesia. Iwan memulainya karena ia merasa bahwa masyarakat desa perlu meningkatkan kemampuan bahasa Inggris mereka agar dapat bersaing, terutama untuk pekerjaan di wilayah wisata Lagoi.
Iwan berkata, "Jadi, lembaga non-pemerintah dari luar memulai program pembelajaran bahasa Inggris untuk anak-anak desa pada tahun 2009."
"Kini kita dapat mempekerjakan penduduk setempat di yayasan itu. Mereka adalah pahlawan lokal. Jika saya boleh bersikap sombong, saya merasa puas," ungkapnya.
Empat tahun setelah dimulainya program pelatihan ini, pada tahun 2013, beberapa anak Desa Pengudang sudah bekerja di yayasan tersebut dengan gaji yang cukup menguntungkan.
Pada tahun 2016, Iwan memulai program rehabilitasi hutan bakau. Awalnya, Iwan melakukan ini secara mandiri. Ia mulai dengan mengumpulkan biji bakau, membibitkannya dalam polybag, lalu menanamnya di pesisir laut.
Iwan tidak memiliki latar belakang pendidikan formal atau keahlian dalam pertanian, terutama tanaman bakau. Namun, kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan telah tertanam dalam dirinya sejak kecil.
"Waktu saya masih di kampung, orangtua saya selalu mengajari saya tentang menanam. Kata Mbah saya, 'Merawat dan menjaga tanaman adalah cara untuk menjaga diri kita sendiri.' Saya juga aktif di pramuka selama sekolah. Di Lagoi, saya sering terlibat dalam kegiatan yang berkaitan dengan alam," ujarnya.
Pada awalnya, saat Iwan mulai menanam bakau, banyak yang meragukannya. Bahkan hingga sekarang, Iwan masih mengingat bagaimana beberapa orang menertawakannya.
"Ikon tersenyum saat orang melihat saya di pantai, mereka tertawa dan bertanya mengapa saya melakukannya. Tidak ada pekerjaan lain?" kata Iwan, mengingat komentar orang-orang pada saat itu.
Namun, tujuan Iwan dalam menanam bibit bakau adalah menjaga kelestarian lingkungan tempat tinggalnya. Ia telah menyaksikan tindakan penebangan bakau tanpa upaya penggantian yang memadai.
"Iya, ada yang menebang bakau. Tidak mudah untuk mengatasi mereka, dan ini sudah berlangsung lama. Tapi saya hanya berpikir, jika ada yang menebang, kita juga harus menanam," katanya.
Sekarang, Iwan bersyukur karena banyak pihak, termasuk masyarakat, mahasiswa, dan pelaku pariwisata, turut serta dalam upaya pelestarian hutan bakau. Menurut perkiraan Iwan, sudah ditanam sekitar 30.000 hingga 40.000 bibit bakau.
Dampak lain yang dirasakan oleh Iwan adalah perubahan perilaku masyarakat dalam menjaga lingkungan. Sekarang, orang-orang enggan lagi menebang bakau dan membuang sampah sembarangan.
Pandemi Covid-19, beberapa tahun lalu, sempat mengguncang Desa Pengudang. Hampir tidak ada pengunjung yang datang ke desa tersebut. Meskipun sudah dua tahun berlalu sejak pandemi, jumlah tamu yang berkunjung masih belum mencapai tingkat sebelumnya. Bahkan pusat wisata Desa Pengudang saat ini sedang dalam tahap renovasi, dan harus pindah sementara ke sebuah gedung multifungsi di kantor desa.
"Alhamdulillah, masih ada yang datang, tapi belum seperti sebelum pandemi. Pandemi memang telah merusak sektor pariwisata. Saat ini, pusat wisata kami sedang direnovasi, dan kami berharap ada donatur yang dapat membantu dalam proses pembangunan." Kata Iwan.
Desa Pengudang bukan hanya sekadar destinasi wisata. Desa yang terletak di pesisir utara Pulau Bintan ini juga menjadi tempat penelitian oleh mahasiswa dalam dan luar negeri, lembaga nasional, dan kementerian. Desa Pengudang juga berperan dalam konservasi berbagai jenis hewan laut, seperti penyu, lumba-lumba, dan dugong.
Iwan menyatakan, "Dari informasi yang kami terima dari masyarakat, terkadang mamalia laut terdampar di sini. Ada kasus dugong yang mati dan kemudian dikubur. Setelah beberapa waktu, kuburan tersebut digali, dan tulangnya diambil. Sekarang, di Desa Pengudang, kami memiliki sebuah pameran tulang dugong yang telah disusun kembali. Selain itu, di perairan kita, terdapat bangkai kapal karam dan berbagai gerabah kuno."
Dari 36 desa dan kelurahan di Kabupaten Bintan, hanya lima di antaranya yang memiliki status kampung wisata, dan Desa Pengudang adalah salah satunya. Sektor pariwisata menjadi salah satu kontributor terbesar dalam pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Bintan. Saat ini, Kabupaten Bintan telah memiliki Peraturan Bupati Bintan Nomor 31 Tahun 2022 tentang Desa dan Kampung Wisata Kabupaten Bintan.
Iwan mengatakan, "Ini memberikan dasar hukum dan pengakuan dari pemerintah karena sudah menjadi peraturan bupati. Tinggal menjalankan implementasinya." Iwan juga menjabat sebagai Ketua Forum Desa Wisata Kabupaten Bintan.
Iwan berpendapat bahwa pengembangan kampung wisata dapat diterapkan di seluruh desa dan kelurahan. Salah satu langkahnya adalah mendorong setiap desa atau kelurahan untuk memiliki satu produk khas dan satu acara khas daerah.
"Ide satu acara bisa menarik banyak pengunjung. Jika setiap kampung memiliki satu produk dan satu acara, maka ekonomi akan semakin berkembang," ujarnya.
Selain itu, Iwan memiliki impian lain yang ingin diwujudkan, yaitu mendirikan museum mini di Desa Pengudang. "Museum ini akan menampilkan berbagai artefak, termasuk gerabah-gerabah. Selain itu, kami akan menyimpan semua hasil penelitian yang pernah dilakukan di Desa Pengudang. Sampai saat ini, Kepulauan Riau belum memiliki museum semacam itu. Mimpi-mimpi masih banyak," katanya dengan semangat.
Saat ini, Iwan masih aktif dalam upaya pelestarian lingkungan. Bersama dengan Yayasan Seven Clean Seas dan komunitas yang memiliki visi yang sama, Iwan sering terlibat dalam kegiatan penanaman mangrove di berbagai daerah. Selain itu, Iwan juga memiliki ambisi untuk mengembangkan pariwisata dari segi tata kelola pemerintahan. Ia telah mendaftar sebagai calon anggota DPRD Kabupaten Bintan melalui Partai Golkar, untuk mewujudkan aspirasi dan perubahan yang diinginkan.
"Saya maju karena merasa bahwa ada yang perlu diperbaiki dalam kinerja dewan kita. Jika terpilih, saya akan bersyukur. Saya mungkin calon anggota DPRD dengan sepatu berlumpur-lumpur, hahaha," kata Iwan sambil tertawa.
Social Footer