sambangdesa.com / Banyuwangi - Di Desa Glagah, Kecamatan Glagah, Banyuwangi, setiap tanggal 9 Suro dalam penanggalan Jawa, warga melaksanakan ritual adat yang dikenal sebagai Gelar Songo. Ritual ini melibatkan ratusan warga lokal yang mengadakan kenduri desa dengan menyajikan 9 jenis tumpeng.
Ritual Gelar Songo ini dilakukan sebagai bentuk ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dan sebagai harapan akan kehidupan yang lebih baik pada tahun mendatang.
Dalam tradisi ini, terdapat 9 jenis tumpeng yang harus disiapkan. Di antaranya adalah jajanan pasar, bubur merah, putih, hitam, dan kuning, rengginang, pisang muda, nasi putih (sego golong) yang dibungkus dengan daun dan di dalamnya terdapat telur rebus utuh, nasi kuning, kinangan (tempat menginang dengan bahan-bahan yang lengkap), dan juga uang.
Pada tahun ini, acara tradisional ini diadakan pada hari Minggu (30/7/2023). Wakil Bupati Banyuwangi, Sugirah, turut hadir dalam acara yang berlangsung di Aula Pasar Glagah.
Sugirah menyampaikan, atas nama Pemerintah Kabupaten, penghargaan diberikan kepada para tetua adat dan warga yang terus mempertahankan nilai-nilai warisan nenek moyang dan berusaha untuk melestarikan tradisi adat ini.
Menurut Sugirah, tradisi ini, yang mengajarkan rasa syukur dan harapan kepada Tuhan Yang Maha Esa, harus dijaga dan dilestarikan sebagai bagian penting dari kekayaan budaya nasional.
“Gelar Songo adalah salah satu aset budaya berharga di Banyuwangi. Jika diorganisir dengan baik, ritual ini bisa menjadi daya tarik wisata bagi para pengunjung yang datang ke Banyuwangi. Hal ini juga bisa memberikan peluang ekonomi bagi masyarakat setempat," harap Sugirah.
Ritual adat Gelar Songo ini berlangsung selama lima hari. Dimulai dengan Mocoan Lontar Yusuf pada hari Rabu (26/7/2023), dilanjutkan dengan Sema’an Alquran, ziarah ke makam Buyut Ka'i dan Buyut Gingsring yang dianggap sebagai leluhur yang membuka pemukiman pertama warga yang saat ini menjadi Desa Glagah.
Selanjutnya, pada hari Kamis, ada selamatan kampung. Di hari Jumat, diadakan lomba wangsalan dan basanan antara warga. Pada hari Sabtu, kreativitas warga ditampilkan dalam bentuk pentas seni.
Acara ini diakhiri dengan kirab atau lomba arak-arakan tumpeng pada hari Minggu (30/7/2023), diikuti oleh doa bersama sebagai wujud rasa syukur. Setelah doa bersama, warga berkumpul untuk menikmati makan tumpeng bersama.
Social Footer