Sambangdesa.com / Pamekasan - Busiyah (50), seorang penduduk dari Desa Gagah, Kecamatan Kadur, Pamekasan, kembali menggunakan metode tradisional dalam memasak karena kesulitan mendapatkan gas elpiji 3 kilogram di pasaran selama dua bulan terakhir.
"Saat gas elpiji tersedia, kami membelinya. Tetapi ketika stok kosong, kami masih bisa memasak menggunakan tungku kayu seperti ini," ujarnya pada Senin, 31 Juli 2023, seperti yang dikutip dari Antara.
Busiyah bukanlah satu-satunya warga yang kini memasak dengan menggunakan tungku kayu. Sejumlah rumah tangga di desa tersebut juga menghadapi situasi yang sama.
Warga desa ini telah sengaja mengadopsi penggunaan tungku kayu karena pasokan gas elpiji ke desa mereka cenderung lambat karena berbagai alasan.
"Selama musim tanam tembakau seperti sekarang, kami biasanya lebih memilih memasak dengan gas elpiji. Tapi karena sering kali toko di sekitar kami kehabisan stok, maka kami terpaksa memasak dengan cara tradisional ini," kata salah seorang warga desa yang bernama Siyatun.
Bagi penduduk desa ini, penggunaan kayu bakar sebagai bahan bakar memasak bukanlah masalah karena mereka dapat dengan mudah mencarinya di sekitar halaman rumah mereka.
"Menggunakan tungku kayu, alat masaknya jadi cepat kotor dan juga kurang ramah lingkungan, berbeda dengan menggunakan gas elpiji," ungkap Marsiya sebagai tambahan.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Pemkab Pamekasan, Basri Yulianto, mengakui bahwa ia telah memerintahkan stafnya untuk memantau kelangkaan gas elpiji 3 kg yang terjadi di beberapa daerah di Pamekasan.
"Setelah berkoordinasi dengan pihak Pertamina, kami mendapatkan informasi bahwa pasokan gas lancar dan stok masih ada sesuai dengan kuota yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, kami telah menginstruksikan tim kami untuk melakukan pemantauan langsung, mengingat laporan yang masuk dari beberapa daerah mengenai kelangkaan ini," ujarnya.
Social Footer