Sambangdesa.com / Boyolalai - Pemuda dari Dukuh Gumuk, Desa Mriyan, Boyolali, telah mengubah pandangan mereka terhadap mencari pekerjaan di kota-kota besar. Mereka sekarang lebih memilih tinggal di desa mereka dan mengandalkan hortikultura sebagai sumber penghasilan.
Ketua Kelompok Karya Muda Komunitas Petani Konservasi Dukuh Gumuk, Joko Susanto, mengungkapkan bahwa keberhasilan pengembangan agroforestri di desa mereka merupakan hasil dari bimbingan Lembaga Pengembangan Teknologi Pedesaan (LPTP) Karanganyar dan pabrik AQUA Klaten.
Awalnya, kelompok ini terbentuk untuk melestarikan anggrek Merapi di Taman Nasional Gunung Merapi yang hampir punah. Namun, dengan bimbingan dari LPTP dan AQUA Klaten, mereka berhasil mengembangkan puluhan pohon anggrek Merapi dengan berbagai varian.
Pendampingan juga meliputi pengembangan budidaya tanaman kopi di lereng Merapi di luar kawasan Taman Nasional Gunung Merapi. Selain menjaga konservasi air dan mencegah erosi tanah, tanaman kopi ini memberikan peluang bagi pemuda desa untuk mengolah biji kopi sendiri.
Pemuda-pemuda ini tetap berkomitmen pada pekerjaan pertanian di desa mereka, dan bahkan telah mendirikan Kedai Kopi Gumuk yang menawarkan kopi unik dengan merek Gumuk Coffee.
Tindakan ini menunjukkan bahwa mereka tidak lagi tertarik merantau ke kota-kota besar, tetapi tetap setia pada pekerjaan mereka sebagai petani dan warga desa.
Parli, seorang barista di Kedai Kopi Gumuk, mencatat bahwa sebelum mendapatkan bimbingan dari LPTP dan AQUA Klaten, kopi dari desa Mriyan hanya dikonsumsi di rumah-rumah dan belum dikenal secara luas.
Dengan bantuan pendampingan tersebut, kopi dari desa Mriyan kini telah dikenal di berbagai daerah. Terutama pada akhir pekan, para pecinta gowes sering mampir ke Kedai Kopi Gumuk untuk menikmati secangkir kopi. Parli dan rekannya juga telah menerima pelatihan untuk menjadi barista yang handal, bahkan mereka sudah bisa melakukan proses roasting kopi sendiri.
Kopi dari desa Mriyan kini sudah banyak dipesan dari daerah-daerah lain seperti Jakarta, Bandung, Jogja, dan Klaten.
Meskipun penghasilan dari usaha kopi ini masih belum sebanding dengan yang didapat dari sektor tembakau dan bunga mawar, Parli dan rekan-rekannya tetap konsisten. Mereka masih dalam fase belajar untuk mengembangkan usaha ini menjadi lebih baik di masa depan.
Keberhasilan ini menunjukkan komitmen mereka dalam mengembangkan usaha kopi dan berharap penghasilan akan tumbuh seiring waktu.
Social Footer