Sambangdesa.com / Demak - Desa Timbulsloko, yang terletak di Kabupaten Demak, mengalami perubahan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Pada masa lalu, desa ini dikelilingi oleh sawah subur, namun saat ini sawah-sawah tersebut telah terendam oleh laut.
Keluarga Sularso dan warga desa telah mengalami dampaknya, mereka sudah tiga kali harus meninggikan lantai rumah mereka. Meskipun Sularso, seorang nelayan, telah mengeluarkan biaya sebesar Rp22 juta sejak tahun 2018 untuk meninggikan rumahnya hingga setinggi 1,5 meter, gelombang pasang masih dapat masuk ke dalam rumahnya.
Tidak hanya rumah-rumah yang terkena dampak, generasi muda di Timbulsloko juga merasakannya. Banyak pemuda memilih untuk bermain di luar kampung halaman mereka daripada tinggal di desa.
Kawasan bermain anak-anak yang dulu ada sekarang telah berubah. Meskipun taman kanak-kanak masih ada, tempat-tempat bermain anak sekarang hanya menjadi kenangan.
Perubahan ini disebabkan oleh perubahan iklim dan penurunan tanah yang diakibatkan oleh penyedotan air tanah. Pada tahun 1990-an, beberapa hutan bakau di desa ini juga telah ditebang.
Pakar menyatakan bahwa air laut sudah merambat hingga lima kilometer ke dalam wilayah Timbulsloko. Solusi untuk mengatasi masalah ini, menurut Denny Nugroho Sugianto, Guru Besar Oseanografi Universitas Diponogoro, adalah dengan mengembalikan fungsi sempadan pantai.
Namun, warga hanya dapat berharap untuk pindah dari desa ini. Bagi ibu rumah tangga, terutama yang memiliki anak sekolah, situasinya semakin sulit.
Dari lebih dari 200 warga yang masih bertahan di Timbulsloko, banyak yang telah mengalami dampak yang cukup besar. Kini, jalan-jalan di desa ini telah digantikan oleh papan kayu di atas air laut. Tempat-tempat penting seperti musala dan pemakaman juga dikelilingi oleh air.
Kisah perubahan dramatis di Timbulsloko menjadi peringatan akan dampak perubahan iklim bagi pesisir Indonesia dan dunia. Para peneliti bahkan memperkirakan bahwa sebagian wilayah Jakarta akan tenggelam pada tahun 2050.
Sementara itu, suhu global juga telah mencetak rekor tertinggi. Suhu rata-rata global pada Juni 2023 telah meningkat hampir satu derajat Celsius dibandingkan dengan sebelumnya.
Ahli iklim menganggap ini sebagai tanda penguatan pemanasan global yang dapat menjadikan 2023 sebagai tahun terpanas yang pernah tercatat, melewati tahun 2016.
Fenomena ini juga dipengaruhi oleh El Nino, fenomena alami yang dapat memicu peningkatan suhu permukaan laut dan suhu di seluruh dunia. Badan Kelautan dan Atmosfer Nasional Amerika Serikat (NOAA) bahkan menyatakan bahwa El Nino telah tiba dan akan semakin kuat hingga awal tahun depan.
Para ilmuwan iklim menduga bahwa peningkatan suhu Bumi, yang disebabkan oleh pembakaran bahan bakar fosil, akan semakin buruk akibat adanya El Nino.
Selama 2023, telah terjadi gelombang panas ekstrem di berbagai wilayah, dari Puerto Riko hingga Siberia. Kebakaran hutan di Kanada juga telah menciptakan langit yang tertutup asap beracun di New York dan Washington.
Laporan terbaru dari NOAA juga menyebutkan bahwa bulan Mei 2023 menjadi bulan Mei terpanas ketiga dalam sejarah suhu 174 tahun. Amerika Utara dan Selatan juga mengalami suhu terpanas pada bulan tersebut.
Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) telah memperingatkan bahwa suhu global mungkin akan terus meningkat selama lima tahun mendatang, terutama dipengaruhi oleh El Nino dan emisi. Kondisi ini kemungkinan akan menciptakan rekor suhu tertinggi yang baru.
Social Footer