Sambangdesa.com / Kaltara - Fasilitas pendidikan dan kesehatan masih merupakan hal yang langka di wilayah perbatasan Indonesia, seperti yang terjadi di Desa Binuang, Kecamatan Krayan Tengah, Kalimantan Utara.
Desa Binuang hanya memiliki fasilitas kesehatan dalam bentuk puskesmas pembantu (pustu). Di pustu ini, hanya ada satu bidan dan satu perawat, padahal jumlah penduduk desa mencapai 300 kepala keluarga (KK). Situasinya semakin rumit saat warga membutuhkan perawatan medis yang lebih lengkap, sementara fasilitas di pustu sangat terbatas.
"Jika ada kondisi gawat darurat, warga harus terbang ke Malinau. Jika ada kelahiran, itu juga dilakukan di rumah dengan bantuan bidan atau warga," ungkap Kepala Desa Binuang, Kalvin, Rabu (16/8/2023).
Tidak hanya itu, warga yang perlu surat keterangan sehat untuk menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN) atau polisi juga menghadapi kesulitan.
"Setiap tes penerimaan polisi atau ASN membutuhkan surat keterangan kesehatan. Warga harus pergi ke Long Bawan, yang jaraknya jauh dan harus menggunakan motor. Jika ingin ke Nunukan, harus naik pesawat," tambahnya.
Kalvin berharap agar pemerintah dapat membangun puskesmas atau klinik yang dapat ditempati oleh dokter, sehingga pelayanan kesehatan dapat lebih memadai.
Sementara itu, terkait fasilitas pendidikan, Desa Binuang tidak memiliki Sekolah Menengah Atas (SMA).
Saat ini, hanya terdapat sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP). Anak-anak di desa ini harus pergi ke Long Layu atau Long Bawan untuk melanjutkan pendidikan SMA. Namun, jarak antara Binuang dan Long Layu di Krayan Selatan mencapai sekitar 46 kilometer.
"Long Bawan (Krayan Induk) berjarak 46 kilometer. Namun, kondisi jalannya tidak baik," ungkapnya.
Dia juga berharap agar pemerintah dapat membangun sekolah SMA di Binuang, sehingga warga dapat dengan mudah mengakses pendidikan yang lebih tinggi.
Social Footer