Sambangdesa.com / Probolinggo - BPBD Probolinggo mencatat bahwa tanah longsor menjadi bencana alam yang dominan di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, sepanjang periode Januari hingga Juni 2023.
Data yang dihimpun oleh Pusdalops PB, pusat pengendalian operasi penanggulangan bencana, menunjukkan terjadinya 60 bencana alam dan dua bencana non-alam antara 1 Januari dan 30 Juni 2023.
Supervisor Pusdalops PB BPBD Probolinggo, Aries Setyawan, mengungkapkan, "Tanah longsor merupakan bencana yang paling sering terjadi, dengan 33 kejadian yang tersebar di beberapa kecamatan." Kecamatan yang terdampak meliputi Krucil, Gading, Kotaanyar, Pakuniran, Tiris, Lumbang, Maron, Paiton, Wonomerto, Bantaran, Sukapura, Sumber, dan Kraksaan.
Diduga tingginya curah hujan dan kondisi tanah yang jenuh air, terjal, serta faktor vegetasi menjadi pemicu terjadinya tanah longsor. Selain itu, pada bulan Juni tercatat 13 kejadian cuaca ekstrem yang menyebar di Kecamatan Tongas, Sumberasih, Dringu, Kraksaan, Kotaanyar, Pakuniran, Krejengan, Lumbang, Besuk, dan Sukapura.
Aries menjelaskan, "Kejadian cuaca ekstrem dipengaruhi oleh dinamika atmosfer dan kondisi permukiman yang struktur bangunannya mulai melemah."
Selama periode tersebut, terjadi juga 13 banjir yang terjadi di Kecamatan Tongas, Sumberasih, Wonomerto, Dringu, Pakuniran, dan Leces. Banjir dipicu oleh intensitas curah hujan yang tinggi di wilayah hulu, serta dipengaruhi oleh kondisi infrastruktur, drainase yang tidak optimal, dan tingginya sedimentasi.
Satu kali kejadian kekeringan tercatat di lima desa, yaitu Gunung Bekel, Tegalsono, Malasan Wetan, Bulujaran Kidul, dan Bulujaran Lor di Kecamatan Tegalsiwalan, serta Desa Sumberkare di Kecamatan Wonomerto.
BPBD Probolinggo mengimbau masyarakat untuk selalu meningkatkan kewaspadaan, memeriksa kondisi bangunan, menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan sekitar, serta terus memantau informasi terkait kebencanaan dan peringatan dini, terutama di wilayah Probolinggo.
Social Footer