Breaking News

Kawasan Dolly, Dari Kawasan Lendir Menuju Kawasan Tajir

 

Kedubes Inggris untuk Indonesia Bersama Menteri KopUKM menghadiri kegiatan Mlaku-Mlaku Nang Dolly Kota Surabaya / Foto: Klikwarata
Sambangdesa.com / surabaya - Dalam rangka pengembangan kawasan Dolly, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya menerima bantuan dana sebesar 500 ribu pound sterling atau sekitar Rp9,57 miliar dari Kedutaan Besar (Kedubes) Inggris. Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) memberikan apresiasi dan dukungan terhadap sinergi yang terjalin antara kedua lembaga tersebut.

Selain kolaborasi tersebut, Small and Medium Enterprises and Cooperatives (SMESCO) yang berada di bawah naungan KemenKopUKM juga terlibat dalam proyek Future Cities (Kota Masa Depan) di kawasan Dolly, Kecamatan Putat Jaya, Surabaya.

Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM), Teten Masduki, mengungkapkan bahwa sinergi dan kolaborasi ini menjadi awal yang baik dalam mendorong perkembangan pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

"Program ini memiliki ambisi besar karena mampu mengubah kawasan yang sebelumnya dikenal sebagai pusat prostitusi menjadi kawasan industri yang produktif," tambah Teten saat mengunjungi Dolly dalam acara Mlaku-Mlaku Nang Dolly.

Sebagai informasi, Dolly pernah dianggap sebagai pusat prostitusi terbesar di kawasan Asia Tenggara. Namun, pada tahun 2014, pemerintah mengambil keputusan untuk melakukan penertiban dan penutupan kawasan tersebut.

Penutupan industri prostitusi di Dolly adalah keputusan yang berani karena mempertimbangkan masalah perdagangan manusia, eksploitasi perempuan dan anak di bawah umur, serta penyebaran penyakit menular seksual. Selain itu, penutupan ini juga bertujuan untuk melindungi generasi mendatang dan meningkatkan kualitas pendidikan anak-anak di kawasan tersebut.

Namun, penutupan kawasan prostitusi di Dolly juga berdampak pada perekonomian lokal, karena banyak penduduk yang menggantungkan penghidupan mereka pada industri ini. Banyak penduduk di kawasan tersebut kehilangan pekerjaan dan 18 persen di antaranya hidup dalam kondisi kemiskinan.

"Perubahan ini nyata dirasakan oleh masyarakat Dolly. Mereka dengan cepat beradaptasi dan menghasilkan produk usaha yang kreatif. Kurang lebih 11 UMKM telah melahirkan inovasi yang positif," jelas Teten seperti yang dilansir oleh kompas.com.

Advertisement

Type and hit Enter to search

Close