Pemuda Desa Siliragung Banyuwangi Raup cuan Melalui Budidaya Maggot (Larva Lalat Tentara Hitam) / Foto: Humas pemkab Banyuwangi |
Sampah organik tersebut kemudian dijadikan sebagai bahan untuk budidaya maggot atau larva lalat tentara hitam (black soldier Fly/BSF). Setelah difermentasi selama dua minggu, maggot fresh dan kering dihasilkan. Maggot ini sangat diminati sebagai pakan ternak berprotein tinggi, dengan harga jual Rp 7.000 per kilogram untuk maggot fresh dan Rp 15.000 tiap kemasan untuk maggot kering.
Kelompok ini mendirikan Pega Indonesia (Pemuda Etan Gladag) pada tahun 2018. Usaha ini berawal dari kebiasaan mereka nongkrong di dekat jembatan dan memancing di sungai, seringkali menemukan sampah yang mengganggu. Dengan dukungan banyak pihak, mereka berhasil menjalankan usaha pengolahan sampah ini dan memasok maggot ke Bali dan Bandung.
Selain itu, kelompok ini juga melakukan pemilahan sampah dari sumbernya dan melakukan sosialisasi hingga memberikan kotak sampah kepada warga di Desa Pesanggaran dan Siliragung. Keluarga juga turut terlibat di usaha pengelolaan sampah ini.
Sampah organik yang tidak digunakan untuk maggot dijadikan pupuk organik seperti pupuk organik cair (POC), pupuk organik padat (POP), dan insektisida pengusir lalat buah. Produk-produk ini sudah menjadi langganan banyak petani, baik lokal maupun luar daerah, dengan permintaan pupuk organik cair mencapai 100 liter per bulan dan harga Rp 5.000 per liter.
Kelompok ini menekankan bahwa misi mereka bukan semata-mata profit, namun juga memberikan manfaat kepada warga sekitar. Untuk petani lokal, mereka bahkan memberikan POC secara gratis dan melakukan kampanye pertanian organik.
Social Footer