Desa Bisa Memenuhi Kebutuhan Pangannya Secara Mandiri Sekaligus Memperkuat Ketahanan Ekonomi Desa / Foto: Antara |
Sambangdesa.com - Manfaat kegiatan ketahanan pangan yang bersumber dari 20% dana desa dapat lebih lama dirasakan warga desa melalui ekonomi sirkular pangan. Banyak desa sukses mempraktekkannya, seperti Desa Cibiru Wetan, Bandung, Jawa Barat.
Mengikuti jalur agribisnis, pupuk kandang, pupuk cair, dan pupuk padat bersumber kotoran ternak, limbah rumah tangga dan warung bisa menjadi penyubur tanaman. Pilihan tanaman pangan sesuai kebutuhan warga, atau terbaca pangan yang laris terjual di warung-warung. Panen tanaman juga bisa digunakan untuk makanan tambahan anak di posyandu, PKK, dan peningkatan gizi lainnya. Ternak memanfaatkan bagian tanaman yang tidak berguna, atau mengolah pelet dari magot yang biasa menghabisi makanan basi.
Sirkulasi pemasaran bisa dikelola pemerintah desa bersama BUMDesa. Seperti, BUMDesa mengumpulkan beragam pupuk, sementara pemerintah desa mengarahkan kelompok tani menggunakan pupuk organik BUM Desa. Panen sayuran dan telur diterima BUMDesa untuk dijual di warung, bisa dengan harga lebih murah dari pasaran agar protein warga terjamin. Pemerintah desa juga dapat mengarahkan olahan pangan lokal untuk makanan tambahan bergizi di posyandu.
Jadi, asupan tanaman dan ternak, proses pengolahan lahan hingga panen, penjualan dan konsumennya, serta pengolahan limbah, semua dijalankan di desa, sebagai kegiatan ketahanan pangan di desa. Sirkulasi pangan terus menerus inilah yang menguatkan ketahanan pangan berkelanjutan.
Sejalan dengan sirkulasi pangan desa, maka berputar dan berkembang pula 20% dana desa untuk ketahanan pangan. Inilah salah satu strategi menjaga dana desa tetap di desa, tetap berputar atau bersirkulasi di dalam desa kita sendiri.
Social Footer